IMF Global Financial Stability Report (Oct 2025): “Shifting Ground beneath the Calm”
IMF Global Financial Stability Report (Oct 2025): “Shifting Ground beneath the Calm” By Asep Rohmandar, rasep7029@gmail.com
Esai reflektif filosofis–spiritual lengkap dan komprehensif berdasarkan laporan IMF Global Financial Stability Report (Oct 2025): “Shifting Ground beneath the Calm”, dikaitkan dengan Teologi Pembebasan Ekonomi, Model IPOI Sinergis, dan Paradigma Glokal Ekonomi Multipolar Nyata®.
🕊️ Mendengar Gemuruh di Balik Ketenangan: Refleksi Filosofis–Spiritual atas Laporan IMF 2025 dan Teologi Pembebasan Ekonomi di Dunia Ketiga & Keempat
1. Pendahuluan:
Ketika Dunia Tampak Tenang, Tetapi Tanahnya Bergerak
Laporan Global Financial Stability Report (IMF, Oktober 2025) dengan subjudul “Shifting Ground beneath the Calm” menghadirkan metafora yang sangat kuat: dunia tampak tenang di permukaan, namun di bawahnya, fondasi ekonomi global bergeser.
Perubahan geopolitik, ketegangan pasar, ketidakpastian energi, dan gangguan teknologi menciptakan turbulensi diam — guncangan yang tidak selalu terlihat, tetapi menggerus akar kestabilan sosial.
Namun, krisis ini bukan sekadar krisis angka dan neraca, melainkan krisis kesadaran. Di balik fluktuasi indeks dan volatilitas pasar, terselip tanda-tanda krisis moral dan spiritual yang lebih dalam: ketidakseimbangan antara iman dan ekonomi, antara keadilan dan kepentingan, antara bumi dan algoritma.
Dunia Ketiga dan Keempat — yang menjadi fondasi tenaga, sumber daya, dan harapan bagi ekonomi global — justru berada di sisi paling rentan dari pergeseran ini. Di sinilah Teologi Pembebasan Ekonomi menemukan relevansi paling nyata: sebagai gerakan kesadaran, etika, dan spiritualitas dalam mengembalikan makna kemanusiaan di tengah pusaran kapitalisme algoritmik.
2. Iman, Ekonomi, dan Pembebasan:
Dari Teologi ke Ekonomi Moral Global
Teologi Pembebasan Ekonomi (TPE) tidak berhenti pada ruang gereja, masjid, vihara, atau pura — ia bergerak ke ruang pasar, kebijakan fiskal, dan inovasi digital. TPE bertanya dengan lantang:
“Untuk siapa ekonomi global bekerja, dan siapa yang tertinggal dalam arus pertumbuhan?”
Di Dunia Keempat — yakni wilayah yang tertinggal dalam dimensi teknologi, politik, dan akses finansial — teologi ekonomi harus menjadi praksis pembebasan: faith in action, iman yang bekerja melalui kebijakan publik dan inovasi sosial.
IMF melaporkan stabilitas nominal, namun kestabilan sejati hanya tercapai bila fondasinya bersandar pada keadilan distributif dan kebijakan yang manusiawi. Dalam bahasa spiritual, ekonomi bukan sekadar sistem nilai tukar, tetapi sistem nilai hidup (value of life system).
Dengan demikian, iman dan ekonomi bukan entitas terpisah. Iman adalah roh dari keadilan ekonomi; ekonomi adalah wadah aktualisasi iman yang hidup. Dalam kebijakan yang adil, iman menemukan bentuk praksisnya.
3. Dari Krisis Menuju Kesadaran:
Psikoanalisis Ekonomi Dunia Ketiga dan Keempat
Jika Freud membaca gejala individu melalui alam bawah sadar, maka psikoanalisis ekonomi mencoba membaca “bawah sadar kolektif” sistem global.
Mengapa negara miskin tetap miskin? Mengapa Dunia Keempat selalu menjadi pasar, bukan pusat inovasi?
Jawabannya tersembunyi dalam “struktur ketergantungan psikis” — bentuk kolonialisme ekonomi baru yang membentuk inferiority complex struktural. Dunia Ketiga dan Keempat sering memandang dirinya sebagai penerima kebijakan, bukan pencipta paradigma.
Model IPOI Sinergis (Input–Process–Output–Impact) hadir sebagai terapi sistemik terhadap trauma struktural ini. Ia menuntun bangsa untuk:
- mengolah Input berupa sumber daya, iman, dan budaya lokal;
- memperkuat Process melalui inovasi, kolaborasi, dan pendidikan reflektif;
- menghasilkan Output yang berkeadilan sosial dan ekologis;
- serta memastikan Impact yang mengembalikan martabat kemanusiaan dan kemandirian glokal.
Dalam konteks ini, ekonomi inklusif bukan sekadar jargon, tetapi jalan kesembuhan kolektif menuju tatanan multipolar yang sehat dan spiritual.
4. Spiral Kesadaran Glokal:
Dari Visi ke Aksi Multipolar Nyata®
Model Spiral Glokal Multipolar Nyata® menggambarkan perjalanan dari kesadaran lokal menuju solidaritas global dalam siklus tak terputus:
- Kesadaran Iman – ekonomi sebagai ibadah sosial;
- Kesadaran Ekonomi – iman sebagai fondasi produktivitas beretika;
- Kesadaran Keadilan – kebijakan publik sebagai manifestasi spiritualitas sosial;
- Kesadaran Ekologi – bumi sebagai saksi moral dari perilaku ekonomi;
- Kesadaran Digitalitas – teknologi sebagai instrumen pembebasan, bukan dominasi.
Spiral ini berputar dari vision → reflection → praxis → evaluation → transformation, selaras dengan prinsip IPOI Sinergis.
Ia bukan hanya teori, tetapi gerak spiritual-ekonomik yang menghubungkan kearifan lokal Sunda, Melayu, Afrika, dan Latin dengan etika global baru: Economia Glocalis Humanica — ekonomi kemanusiaan glokal.
5. Spiritualitas Keadilan dan Data Besar (Big Data of Conscience)
Dalam era big data, kita tidak kekurangan informasi, melainkan kehilangan makna.
Big data memberi tahu apa yang terjadi, tetapi tidak menjelaskan mengapa dan untuk siapa.
Refleksi spiritual ekonomi mengajak kita menciptakan Big Data of Conscience — kesadaran data yang berjiwa:
- Mengubah data menjadi kebijakan inklusif;
- Mengubah algoritma menjadi alat keadilan sosial;
- Mengubah kecerdasan buatan menjadi kecerdasan belas kasih (compassionate intelligence).
Di sinilah Teologi Pembebasan Ekonomi Glokal bekerja: memanusiakan kembali sistem ekonomi digital dengan kesadaran etis dan spiritual.
6. Kesimpulan Reflektif:
Menjemput Waktu Baru, Menanam Benih Kesadaran
“Mendengar sirene peringatan” ekonomi global bukan alasan untuk panik, tetapi undangan untuk sadar.
Shifting Ground beneath the Calm — pergeseran tanah di bawah ketenangan — adalah panggilan bagi umat manusia untuk menata ulang arah moral peradaban.
Kita memasuki zaman baru, di mana stabilitas tidak lahir dari dominasi, tetapi dari sinergi spiritual dan ekonomi.
Teologi Pembebasan Ekonomi, IPOI Sinergis, dan Spiral Multipolar Nyata® menjadi tiga poros bagi kebangkitan Dunia Keempat — bukan sebagai objek belas kasihan, tetapi sebagai subjek kebijaksanaan global.
“Ketika iman bertemu ekonomi, dan keadilan menyatu dengan teknologi, maka lahirlah dunia multipolar yang sejati — dunia yang tidak hanya tumbuh, tetapi juga berjiwa.”
📚 Referensi Kritis
- International Monetary Fund (2025). Global Financial Stability Report: Shifting Ground beneath the Calm. Washington D.C.
- Rahmawati, D., & Rohmandar, A. (2025). Model Kolaboratif Penulis–Penerbit dalam Ekonomi Pengetahuan Dunia Keempat.
- Rohmandar, A. (2025). Model IPOI Sinergis untuk Dunia Keempat: Paradigma Glokal dalam Inovasi Inklusif.
- Gustavo Gutiérrez (1973). A Theology of Liberation.
- Amartya Sen (1999). Development as Freedom.
- Sachs, J. (2021). The Ages of Globalization: Geography, Technology, and Institutions.
Bandung Spirit, 20 Oktober 2025
Komentar
Posting Komentar