Memahami Ide dan Implementasi Penerapan Moneter Fiskal Mengambang dan Tetap !

Kelebihan Dan Kekurangan Menerapkan Nilai Tukar Mengambang dan Tetap dalam Moneter Fiskal !                                      Dimana Kelebihan dan Kelebihanya Memiliki Dampak Tertentu, mari kita bahas kelebihan dan kekurangan nilai tukar mengambang (fleksibel) dan nilai tukar tetap (flat/fixed) dalam konteks kebijakan moneter dan fiskal:
Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate)
Kelebihan:
 1. Otonomi Kebijakan Moneter: Bank sentral memiliki kebebasan untuk menetapkan kebijakan moneter yang sesuai dengan kondisi ekonomi domestik tanpa harus terpaku untuk mempertahankan nilai tukar tertentu. Ini memungkinkan fokus pada tujuan seperti pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
  2. Penyesuaian Otomatis terhadap Guncangan: Nilai tukar dapat menyesuaikan secara otomatis terhadap perubahan dalam permintaan dan penawaran mata uang asing. Misalnya, jika ekspor meningkat, permintaan terhadap mata uang domestik akan naik, mendorong apresiasi nilai tukar yang dapat meredam tekanan inflasi.
 3. Tidak Memerlukan Cadangan Devisa Besar: Bank sentral tidak perlu mempertahankan cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi pasar valuta asing secara terus-menerus dalam rangka menjaga nilai tukar tetap.
 4. Meredam Spekulasi: Volatilitas nilai tukar yang inheren dalam sistem mengambang dapat mengurangi insentif untuk spekulasi mata uang yang berlebihan.
 5. Fleksibilitas dalam Neraca Pembayaran: Ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran dapat dikoreksi melalui perubahan nilai tukar. Defisit neraca pembayaran dapat menyebabkan depresiasi mata uang, yang membuat ekspor lebih kompetitif dan impor lebih mahal, sehingga membantu menyeimbangkan kembali neraca.
Kekurangan:
 1. Volatilitas dan Ketidakpastian: Nilai tukar yang berfluktuasi dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku bisnis, terutama eksportir dan importir, dalam hal perencanaan keuangan, penetapan harga, dan pengelolaan risiko valuta asing.
 2. Risiko Inflasi: Depresiasi nilai tukar yang tajam dapat meningkatkan biaya impor dan memicu inflasi impor (imported inflation).
 3. Potensi Ketidakstabilan Keuangan: Fluktuasi nilai tukar yang besar dapat mempengaruhi nilai aset dan liabilitas dalam mata uang asing, berpotensi menyebabkan ketidakstabilan keuangan.
 4. Membutuhkan Kebijakan Makro yang Disiplin: Sistem nilai tukar mengambang membutuhkan kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel dan konsisten untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang.
 5. Dapat Terpengaruh Sentimen Pasar: Nilai tukar dapat dipengaruhi oleh ekspektasi dan sentimen pasar yang terkadang tidak rasional atau berlebihan (overshooting).
Nilai Tukar Tetap (Fixed/Flat Exchange Rate)
Kelebihan:
 1. Stabilitas dan Kepastian: Nilai tukar yang tetap memberikan kepastian bagi pelaku bisnis dalam perdagangan dan investasi internasional, mengurangi biaya transaksi dan risiko valuta asing.
 2. Mendorong Perdagangan dan Investasi: Stabilitas nilai tukar dapat mendorong perdagangan dan investasi lintas negara karena mengurangi ketidakpastian.
 3. Disiplin Moneter: Sistem nilai tukar tetap dapat memberikan disiplin pada kebijakan moneter, terutama jika nilai tukar dipatok pada mata uang negara dengan inflasi rendah.
 4. Menurunkan Inflasi (Potensial): Jika dipatok pada mata uang yang stabil dan kredibel, nilai tukar tetap dapat membantu mengendalikan inflasi impor dan ekspektasi inflasi.
Kekurangan:
 5. Kehilangan Otonomi Kebijakan Moneter: Bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneter untuk mempertahankan nilai tukar yang telah ditetapkan, sehingga kehilangan kemampuan untuk merespons kondisi ekonomi domestik secara independen. Suku bunga harus disesuaikan untuk menjaga paritas nilai tukar, bahkan jika tidak sesuai dengan kebutuhan domestik.
 6. Membutuhkan Cadangan Devisa Besar: Bank sentral perlu memiliki cadangan devisa yang cukup besar untuk melakukan intervensi pasar valuta asing guna mempertahankan nilai tukar yang dipatok.
 7. Rentan terhadap Serangan Spekulatif: Jika pasar meragukan kemampuan pemerintah untuk mempertahankan nilai tukar, dapat terjadi serangan spekulatif yang menghabiskan cadangan devisa dan memaksa devaluasi.
  8. Potensi Krisis Neraca Pembayaran: Ketidakseimbangan fundamental dalam neraca pembayaran dapat sulit dikoreksi dalam sistem nilai tukar tetap dan dapat memicu krisis.
 9. Tidak Mencerminkan Kondisi Ekonomi Fundamental: Nilai tukar yang dipatok mungkin tidak mencerminkan nilai fundamental mata uang berdasarkan kondisi ekonomi riil, yang dapat menyebabkan distorsi dalam perdagangan dan investasi.
 10. Pasar Gelap Valuta Asing: Jika ada kontrol ketat terhadap nilai tukar, dapat muncul pasar gelap valuta asing dengan nilai tukar yang berbeda dari nilai tukar resmi.
Implikasi terhadap Kebijakan Moneter dan Fiskal:
 1. Nilai Tukar Mengambang: Kebijakan moneter menjadi lebih efektif dalam mempengaruhi ekonomi domestik. Kebijakan fiskal perlu berkoordinasi untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan menghindari tekanan berlebihan pada nilai tukar.
 2.  Nilai Tukar Tetap: Kebijakan moneter harus subordinat terhadap tujuan mempertahankan nilai tukar. Kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam menjaga daya saing dan stabilitas eksternal karena nilai tukar tidak dapat berfungsi sebagai mekanisme penyesuaian.
Pemilihan sistem nilai tukar yang tepat bergantung pada karakteristik ekonomi suatu negara, tingkat keterbukaan terhadap perdagangan dan investasi, serta prioritas kebijakan moneter dan fiskal. Tidak ada satu sistem yang optimal untuk semua negara dan dalam segala kondisi. (Asep Rohmandar, Meta AI, Dan Meta Digital, April 2025).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kimbab, Mau Ngak Tuh ?

Mau Ngekost, Di Berlian House Aja yuk 🏠

Ancaman Resesi dan Krisis Multidimensi Global, Adalah Nyata di Depan Mata Kita ?